-->

Hidup Bahagia Dengan Melakukan Kebaikan

Advertisement
Hidup Bahagia Dengan Melakukan Kebaikan - Salam hangat sahabat SpesialTips! sekalian. Bila menyebutkan kata Bahagia, kira-kira apa yang muncul di benak Anda? Uang yang banyak? Rumah mewah? Pangkat tinggi dalam pekerjaan? Atau mungkin sekedar pasangan yang setia? Banyak hal dapat menjadi alasan, bagaimana seseorang dapat merasakan apa yang disebut dengan Bahagia (Kebahagiaan), tergantung dengan bagaimana individu tersebut memaknai tujuan hidupnya. Oleh karena itu, perasaan yang paling dibutuhkan manusia ini, tidak memiliki sifat yang baku dan tak dapat dihitung kadarnya.
Hidup Bahagia Melakukan Kebaikan
Hidup Bahagia Dengan Melakukan Kebaikan
Bila dalam artikel Tips Meningkatkan Rasa Bahagia Dengan Tersenyum sebelumnya, disebutkan rasa bahagia berasal dari hormon Endorphins yang dapat dirangsang dengan tersenyum, maka kali ini redaksi SpesialTips! akan berbagi cara meraih kebahagiaan dengan melakukan kebaikan. Bagaimana kebaikan dapat berpengaruh dengan rasa bahagia Anda? ikuti lebih lanjut Hidup Bahagia Dengan Melakukan Kebaikan berikut ini.

Berdasarkan pada tulisan seorang psikolog, Abraham Harold Maslow (1908-1970) yang menjelaskan tentang 5 tingkat kebutuhan manusia, yaitu:
  1. Kebutuhan dasar jasmani seperti makan, minum, tidur, hubungan seksual
  2. Pada tingkat berikutnya, adalah kebutuhan akan keamanan.
  3. Saat kebutuhan pada tingkat 1 dan 2 terpenuhi, maka kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan hubungan sosial, yang melibatkan kebutuhan individu untuk hidup dan diterima sebagai anggota suatu kelompok, bermasyarakat. Dalam tingkat ini, termasuk pula kebutuhan untuk mencintai/dicintai dan bekeluarga.
  4. Selanjutnya adalah kebutuhan pengakuan dari orang lain, yang umumnya berkaitan dengan harga diri. Termasuk merasakan diri lebih hebat daripada orang lain. Di baliknya terdapat hasrat untuk membuat diri bangga lewat hal-hal tersebut, dan harapan bahwa prestasinya diakui orang lain. Medali, gelar, julukan, jabatan adalah perwujudan dari hasrat ini.
  5. Tingkat kebutuhan yang terakhir dan tertinggi adalah aktualisasi diri. Pada tingkat ini, seseorang tengah berusaha ”melupakan” dirinya, dengan semata-mata ingin memberi manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain, atau dengan kata lain melakukan kebaikan dengan ikhlas.
Fungsi dan kerja otak ternyata berjalan searah dengan teori tingkat kebutuhan tersebut. Perasaan bahagia yang ditimbulkan hormon kebahagiaan (Endorphins) akan semakin menguat dengan semakin tingginya tingkat kebutuhan seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka melakukan kebaikan dapat menjadi cara terbaik untuk meraih rasa bahagia (kebahagiaan). Selain itu, keunggulan dari melakukan kebaikan guna merangsang hormon kebahagiaan adalah, tubuh tak akan membatasi hormon Endorphins yang dikeluarkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, semakin banyak kita berbuat kebaikan, maka rasa bahagia (kebahagiaan) yang diraih akan semakin kuat dan lebih lama.

Saat ini dapat disaksikan sendiri, bagaimana melalukan kebaikan telah menjadi sesuatu hal yang langka, bahkan untuk beberapa orang dianggap kuno, tak penting atau tidak menguntungkan. Contoh seperti tak mau memberi sekedar uang receh kepada pengemis karena dianggap sebagai penyakit masyarakat, atau tidak memberikan kesempatan kepada pejalan kaki yang ingin menyebrang saat kita berkendara, enggan membantu tetangga yang kesulitan, atau terkadang untuk berbagi senyum saja kita sangat berat. 

Melakukan kebaikan baik kecil atau besar, sejatinya dapat membantu diri kita sendiri untuk dapat hidup lebih bahagia. Lantas masihkah berpikir berbuat baik itu tidak penting dan tak menguntungkan? Atau masihkah kita mengabaikan dan menunda berbuat kebaikan? Lalu apa makna hidup tanpa kebahagiaan dengan bebuat baik? Cari dan temukan kebahagiaanmu dengan melakukan Kebaikan.

Demikian tips singkat Hidup Bahagia Dengan Melakukan Kebaikan, semoga dapat bermanfaat untuk sahabat SpesialTips! sekalian.
Advertisement
LihatTutupKomentar